Rindu itu ajaib Menyulap hati menjadi kepingan-kepingan rasa Kadang tawa Kadang lupa Dan terkadang duka Tawa, sesaat kau mengingat bagaimana indahnya bersama Lupa, terkadang rindu membuatmu lupa akan segalanya Duka, ketika kau tahu rindu itu sangat menyiksa Nanti, ketika kita berjumpa Aku yakin, Rindu itu ajaib #nganyambung :' D
Bahkan jika kaumati, itu tak akan mengubah apa pun. *** Hari ke 1050. "Sesekali coba main keluar, Dit." Suara lembutnya membuyarkan lamunanku. Aku hanya tersenyum, kemudian menghabiskan sisa makanan yang ada di atas piringku. "Jadi orang itu harus gaul dikit," timpalnya lagi sambil menuangkan teh ke dalam cangkir mungil berwarna merah marun. "Kamu juga kan udah dewasa. 25 tahun itu udah cukup mateng buat nikah, lho." Kali ini aku bergeming. "Nanti juga kalo udah saatnya, aku nikah kok, Tante." Kujawab tanpa melihat ke arahnya. Detik itu juga aku bangkit dari kursi meja makan. Lalu berpamitan pada wanita cantik yang usianya hampir setengah abad itu. "Hati-hati, Dit. Jangan ngebut-ngebut!" Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecut. Kulangkahkan kaki menuju garasi mobil. Kaupikir kau ini siapa, hah? Bersambung ...